GANGGUAN PADA SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

Influenza,
 yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familiaOrthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, dan rasa tidak nyaman secara umum.[1]
Walaupun sering tertukar dengan penyakit mirip influenza lainnya, terutama selesma, influenza merupakan penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan selesma dan disebabkan oleh jenis virus yang berbeda[2] Influenza dapat menimbulkan mual, dan muntah, terutama pada anak-anak,[1] namun gejala tersebut lebih sering terdapat pada penyakit gastroenteritis, yang sama sekali tidak berhubungan, yang juga kadangkala secara tidak tepat disebut sebagai "flu perut."[3] Flu kadangkala dapat menimbulkan pneumonia viral secara langsung maupun menimbulkan pneumonia bakterial sekunder.[4]
Biasanya, influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini belum jelas betul.[5] Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar mataharidisinfektan, dan deterjen.[6][7] Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun.[8]
Influenza menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, yang menimbulkan kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya,[9] bahkan sampai jutaan orang pada beberapa tahun pandemik. Rata-rata 41.400 orang meninggal tiap tahunnya di Amerika Serikat dalam kurun waktu antara tahun 1979 sampai 2001 karena influenza.[10] Pada tahun 2010 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat mengubah cara mereka melaporkan perkiraan kematian karena influenza dalam 30 tahun. Saat ini mereka melaporkan bahwa terdapat kisaran angka kematian mulai dari 3.300 sampai 49.000 kematian per tahunnya.[11]
Tiga pandemi influenza terjadi pada abad keduapuluh dan telah menewaskan puluhan juta orang. Tiap pandemi tersebut disebabkan oleh munculnya galur baru virus ini pada manusia. Seringkali, galur baru ini muncul saat virus flu yang sudah ada menyebar pada manusia dari spesies binatang yang lain, atau saat galur virus influenza manusia yang telah ada mengambil gen baru dari virus yang biasanya menginfeksi unggas atau babi. Galur unggas yang disebut H5N1 telah menimbulkan kekhawatiran munculnya pandemi influenza baru, setelah kemunculannya di Asia pada tahun 1990-an, namun virus tersebut belum berevolusi menjadi bentuk yang menyebar dengan mudah dari manusia-ke-manusia.[12] Pada April 2009 sebuah galur virus flu baru berevolusi yang mengandung campuran gen dari flu manusia, babi, dan unggas, yang pada awalnya disebut "flu babi" dan juga dikenal sebagai influenza A/H1N1, yang muncul di MeksikoAmerika Serikat, dan beberapa negara lain. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mendeklarasikan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Juni 2009 (lihat pandemi flu 2009). Deklarasi WHO mengenai pandemi tingkat 6 merupakan indikasi penyebaran virus, bukan berat-ringannya penyakit, galur ini sebetulnya memiliki tingkat mortalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan wabah virus flu biasa.[13]
Vaksinasi terhadap influenza biasanya tersedia bagi orang-orang di negara berkembang.[14] Ternak unggas sering divaksinasi untuk mencegah musnahnya seluruh ternak.[15]Vaksin pada manusia yang paling sering digunakan adalah vaksin influenza trivalen (trivalent influenza vaccine [TIV]) yang mengandung antigen yang telah dimurnikan dan diinaktivasi terhadap tiga galur virus. Biasanya, vaksin jenis ini mengandung material dari dua galur virus influenza subtipe A dan satu galur influenza subtipe B.[16] TIV tidak memiliki risiko menularkan penyakit, dan memiliki reaktivitas yang sangat rendah. Vaksin yang diformulasikan untuk satu tahun mungkin menjadi tidak efektif untuk tahun berikutnya, karena virus influenza berevolusi dengan cepat, dan galur baru akan segera benggantikan galur yang lama. Obat-obatan antivirus dapat dipergunakan untuk mengobati influenza, neuraminidase inhibitor (seperti Tamiflu atau Relenza).[17] yang terutama efektif.
SUMBER: https://id.wikipedia.org/wiki/Influenza
TONSILITIS
Penyakit tonsilitis adalah infeksi yang terjadi pada tonsil atau amandel yang biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Kebanyakan atau umumnya infeksi tonsilitis ini terjadi pada anak yang masih berusia muda sekitar 5 hingga 15 tahun. Kondisi ini dapat terjadi kadang-kadang atau sering kambuh. Dalam ilmu medis atau kedokteran, radang tonsillitis ini terbagi menjadi dua berdasarkan lama berlangsungnya penyakit. Kedua bagian tersebut adalah tonsilitis akut dan tonsilitis kronis.
Pada bagian belakang tenggorokan Anda (terletak di antara kotak suara dan tonsil), dua massa dari jaringan yang disebut amandel berperan sebagai filter, menjebak kuman yang bisa masuk saluran udara dan menyebabkan infeksi. Amandel juga memproduksi antibodi untuk melawan infeksi. Tapi kadang-kadang amandel sendiri menjadi terinfeksi. Kewalahan oleh bakteri atau virus, mereka membengkak dan meradang, kondisi inilah yang dikenal sebagai tonsilitis.
Tonsilitis akut adalah apabila penyakit atau keluhan yang diderita pasien berlangsung kurang dari 3 minggu. Sedangkan untuk penyakit tonsilitis kronis apabila radang terjadi sebanyak 7 kali dalam kurun waktu satu tahun, atau 5 kali dalam kurun waktu dua tahun, atau 3 kali dalam kurun waktu satu tahun secara berkala selama tiga tahun. Begitulah perbedaaan antara tonsilitis akut dan tonsilitis kronis.
A. Penyebab penyakit Tonsilitis atau Amandel
Yang umum menyebabkan sebagian besar tonsilitis adalah virus pilek (Adenovirus, Rhinovirus, Influenza virus, Parainfluenza virus, Coronavirus, RSV). Sekitar 70% penyakit tonsilitis yang terjadi pada anak disebabkan oleh infeksi virus, dan begitu juga penyebab infeksi virus pada orang dewasa hampir 90%. Pada golongan anak-anak hampir 30% bakteri penyebab dari penyakit ini adalah Streptococcus hemolitikus, dan pada pasien dewasa bakteri ini cuma 10%. Jenis bakteri penyebab paling umum adalah Group A-hemolitik streptokokus β ( GABHS ), yang menyebabkan radang tenggorokan. Bakteri yang lain termasuk: Staphylococcus aureusStreptococcus pneumoniaeMycoplasma pneumoniaeChlamydia pneumoniaepertusisFusobacterium difterisifilis, dan gonore. Untuk Tonsilitis akut bakteri penyebab terdiri dari Hemofilus influenzaeStafilococcus Sp. dan Pneumococcus. Bagi bakteri Hemofilus influenzaeini merupakan penyebab Tonsilitis akut supuratif.
B. Gejala penyakit Tonsilitis atau Amandel
Gejala-gejala atau tanda yang dialami penderita penyakit tonsilllitis diantaranya adalah:
  1. Penderita mengalami pilek, batuk, mulut berbau, mual, suara serak, nyeri perut, dan terjadinya pembesaran kelenjar getah bening yang terdapat di sekitar bagian leher.
  2. Nyeri ketika menelan makanan dan minuman bahkan ludah, dan berakibat penderita menjadi malas untuk melakukan aktifitas makan.
  3. Ketika diperiksakan ke dokter, terdapat pembesaran tonsil atau amandel dan berwarna merah, terkadang ditemukan bercak putih ata eksudat dibagian permukaan tonsil, dan adanya warna merah yang bertanda adanya peradangan di sekitar bagian tenggorokan dan tonsil/amandel.
  4. Penderita mengalami sakit kepala, demam, lemas, menggigil, nyeri otot.
  5. Pada penderita tonsilitis kronis, penderita mendengkur ketika tidur dan disertai adanya pembesaran pada bagian kelenjar adenoid. Kelenjar adenoid adalah kelenjar yang letaknya di dinding bagian belakang antara rongga hidung dan tenggorokan.
  6. Penderita mengalami rasa kering pada tenggorokannya atau seperti ada yang mengganjal pada bagian leher.
  7. Rasa nyeri yang diakibatkan penyakit tonsilitis ini bisa menjalar ke sekitar bagian telinga dan juga leher.

 C. Pengobatan, Pencegahan penyakit Tonsilitis atau Amandel
Pengobatan untuk radang amandel akan tergantung sebagian pada penyebabnya. Untuk menentukan penyebabnya, dokter akan melakukan tes strepcoccus (strep) atau membuat kultur usapan tenggorokan. Kedua tes melibatkan usapan lembut pada bagian belakang tenggorokan dekat amandel dengan kapas. Tes laboratorium dapat mendeteksi infeksi bakteri. Infeksi virus tidak akan tampil pada tes, tetapi dapat diasumsikan jika tes untuk bakteri negatif. Dalam beberapa kasus, temuan fisik cukup meyakinkan untuk mendiagnosis kemungkinan infeksi bakteri. Dalam kasus ini, antibiotik dapat diresepkan tanpa melakukan tes strep.
Jika tes menunjukkan penyebabnya bakteri, pengobatan akan terdiri dari antibiotik untuk mengobati infeksi. Misalnya penisilin atau amoksisilinMacrolide seperti eritromisin digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Dosis penisilin adalah 250 mg bid po selama 10 hari untuk pasien <27 kg dan 500 mg untuk orang-orang > 27 kg. Pada anak-anak Amoksisilin efektif dan lebih enak jika obat cair diperlukan.
SUMBER: http://www.klinikdrindrajana.com/article/tonsilitis_definisi_penyebab_gejala_dan_pencegahannya.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerak Lurus Berubah Beraturan

GERAK NASTI